Selasa, 27 Maret 2012

wayang merupakan kebudayaan khas indonesia (manusia dan kebudayaan)


indonesia memiliki beragam budaya dan adat istiadat di setiap daerahnya. masing-masing adat mempunyai unsur / suatu cerita yang menggambarkan kisah-kisah/ leganda masa lalu, seperti yang kita kenal adalah wayang. wayang merupakan budaya khas indonesia, banyak para wisatawan mancanegara detang untuk mempelajarinya. tetapi seiring berkembanya teknologi, budaya ini kian sirna karena kurangnya kesadaran generasi muda akan budaya yang merupakan ciri khas bangsa indonesia ini. budaya haruslah dijaga dan dilestarikan, dan pemerintah pun harus mendukungnya. sebab di erang yang berteknologi banyak generasi muda yang lebih memilih bermain game online, Facebook, nonton bioskop, dll. padahal jika kita ikut melestarikan dan menjaga budaya ini, kita bisa meningkatkan devisa negara, karena negara-negara diluar sana melihat kebudayaan ini sebagai sesuati yang unik. disamping  memiliki cerita-cerita yang mendidik wayang juga dapat memiliki pesan-pesan moral. oleh karena itu kita sebagai warga negara indonesia harusnya bangga akan kebudaayan yang dimiliki oleh negara ini.kebudayaan itu harusnya di pelihara, dijaga, dan dilestarikan agar tidak di klaim negara lain.

ini adalah contoh wayang di pulau Jawa Kilas Kisah Wayang di Jawa. Pernah diungkakan bahwa bagi orang Jawa “antara pekerjaan, interaksi dan doa tidak ada perbedaan prinsip hakiki” (Magnis-Suseno, 2001: 82) dengan demikian setiap aktivitas atau gerak diri sepenuhnya dikontrol oleh ‘kesadaran akan’. Dan derivasi dari seluruh filsafat Jawa adalah ‘mematenkan’ pengetahuan itu dalam sebuah karya. Hakikatnya, karya adalah puncak pengejawantahan hidup yang sesungguhnya bagi orang Jawa.

Dari jaman gemilang itu dikenal dan dikenanglah berbagai Pujangga, Pustaka, Pusaka dan Pusara, sebagai museum hidup: situs dan ritus kebudayaan, bahkan hingga keberadaannya hari ini. Namun demikian patut dicatat, pasca Ronggowarsito yang sering disebut sebagai pujangga penutup, atau pasca jatuhnya laskar-laskar Diponegoro (1825-1830), wajah Jawa banyak mengalami pergeseran dan perubahan. Jawa tidak lagi menghasilkan daur hidup yang sejatinya. Hal ini diperparah lagi bahwasanya priyayi-priyayi Jawa sebagai kelas menengah dalam struktur hierarki sosial Jawa tidaklah memainkan peran yang cukup signifikan. Namun
kemerosotan itu tertutupi dengan sosialisasi kesenian di tengah masyarakat—sebab memang hanya itulah yang dapat mereka lakukan. Mengomentari situasi tersebut, dalam sebuah terbitannya 42 tahun lalu, Anderson mengatakan :
“Di pedesaan perubahan terjadi dengan lebih lambat, dan disanalah budaya jawa yang tua paling kuat mempertahankan pegangan atas jiwa manusia. Meskipun demikian, musim gugur telah tiba. Pada pohon kebudayaan Jawa daun-daun jatuh satu per satu” (2003: 70).

Yang ada bagi Jawa hari ini adalah kebudayaan sebagai komoditas, utamanya komoditas wisata. Satu yang tersisa, katakalah demikian, adalah WAYANG. Bagaimanapun bentuknya kini kesenian ini dapat terus bertahan—walau toch tetap berada dalam nuansa yang mengharukan—dan ia dipercaya sebagai salah satu gawang pertahanan terakhir Jawa hari ini. Padanyalah Jawa sebenarnya menyandarkan diri.
Wayang memainkan peran penting dalam sejarah Jawa walaupun ia dianggap tidak asli berasal dari Jawa. Penelitian mengenai asal usul wayang sendiri belum mencapai kata sepakat hingga hari ini. Wayang dianggap berasal dari India dan dibuat pada kitaran 8-9 SM oleh Vyasa (Kresna Dvipayana).
Namun demikian bukan nama Vyasa saja yang menjadi kandidat bagi penulis Mahabarata, ada dua orang penutur lain di samping Vyasa tadi, mereka adalah Ugrasravas dan Vaisempayana. Awalnya kitab ini terdiri dari sekitar 24.000 kuplet dan pada gilirannya berkembang hingga menjadi 100.000 kuplet (Amir, 1997:42).
Lakon wayang Jawa sendiri seringkali mengadaptasi dua epik besar, Mahabarata dan Ramayana ataupun carangannya (cabang ceritanya) dan ini berlangsung sejak awal perkembangannya. Di Jawa, misalkan, lakon Arjunawiwaha, atau paling tidak dalam bentuk sastranya disadur pertama kali pada masa Prabu Dharmawangsa, abad ke-11 M, sementara Ramayana disadur sedikit lebih dahulu.
Lalu Kakawin Ramayana dibuat ± 903 M oleh Yogisvara. Kakawin ini mengikuti versi Bhattikavya yang dibuat di Khasmir pada abad ke-5 M dan tidak menyantumkan buku pertama dan terakhir Valmiki, yakni Bale Kanda dan Uttara Kanda. Yang menarik, tidak berselang lama dari penyadurannya, Kakawin Ramayana langsung dipentaskan. Hal ini dibuktikan dengan prasasti Balitung, “… si Geligi buat Hyang macerita Bhima ya kumara…”
atau “Geligi mengadakan pertunjukan wayang dan mengambil lakon Bima muda” (Amir, 1997: 34, 40).

Wayang menjadi suatu bentuk kesenian yang khas, utamanya karena sebenarnya ia berasal dari tradisi keraton namun kemudian justru hidup dalam rakyat kebanyakan. Menurut Geertz (1981: 358) ini karena sifat rakyat kebanyakan cenderung ritualis, politheis dan magis sementara para priyayi cenderung dekat yang mistik-pantheis dan spekulatif.
Secara sosial wayang memiliki posisi istimewa karena ia dianggap sebagai salah satu bentuk kesenian yang mampu menjembatani sekat-sekat yang ada. Ben Anderson (2003: 12) menyebutnya sebagai,
“….mitologi religius yang diterima hampir secara universal, yang mampu membina suatu keterikatan intelektual dan emosional yang mendalam. (…) mitologi wayang Jawa adalah suatu upaya untuk menjelajahi secara puitis posisi eksistensial orang Jawa, hubungan-hubungannya dengan tatanan alam nyata dan dunia gaib, kepada sejawatnya dan kepada dirinya sendiri. Sangat kontras dengan agama-agama besar Timur Dekat, bagaimanapun, ‘agama’ wayang tidaklah memiliki Nabi, Kitab Suci atau Sang Penebus. Tradisi ini tidak memandang dunia dalam perlintasan gerak yang linear, ataupun mengkhotbahkan pesan keselamatan universal. Tidak juga dia menawarkan ekstase sebagaimana pewahyuan masa depan seperti dalam tradisi
Kristen, semata pasang-surut Waktu yang ajek”.
Penjelasan Anderson ini menunjukkan relativisme wayang, termasuk nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang mungkin sejalan dengan penjabaran istilah wayang yang ditengarai berasal dari kata bayang. Yang dikotomis dalam wayang adalah logika komplementer yang paling mendasar dari hidup. Yang dikotomis ini tidak saja berlaku pada saat atau kejadian melainkan juga pada tokoh, peran, karakter dan fungsi mereka yang bersinggung satu sama lain dan Anderson menyebut seluruh persinggungan ini sebagai “ketegangan yang selaras dan kestabilan yang energetik dari Weltanschauung” atau mengikuti rumusan Claire Holt, “dunia stabil yang didasarkan pada konflik”.
Ambillah sebagai contoh, Kresna Duta. Lakon terkenal yang menggambarkan turun tangannya Kresna dalam Baratayuda. Kresna yang titisan Wisnu menjadi tokoh yang mengetahui apa yang harus dan apa yang akan. Tidak ada yang merintangi kehendaknya untuk mengikuti dan memenuhi ketetapan takdir. Pada lakon tersebut digambarkan bagaimana empat ekor kuda beserta tokoh pengiringnya itu sebenarnya menjawab sifat komplementer dari panteon hindu sekaligus serangan syirik (charges of ideolatry) yang kerap ditudingkan kepada wayang, selain koneksitas Kalimasada milik Yudhistira dan Kalimat Syahadat Sunan Kali Jaga.


orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengasuh anak (manusia dan cinta kasih)

kesibukan dalam bekerja merupakan hal yang sudah lumrah sekarang ini, sampai-sampai seseorang lupa waktu karena pekerjaannya. apalagi ketika seseorang tersebut sudah berkeluarga.
kadang kala seorang ayah suka lupa akan anak-anaknya ketika iya bekerja, padahal dalam bekeluarga, orang tualah yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. kebanyakan seorang anak yang kurang perhatian orang tua menjadi anak yang nakal, dan lebih memilih pergaulan bebas. Guru disekolah hanyalah sebagai perantara dalam mengasuh anak, selebihnya orang tua.
seharusnya orang tua menyisihkan waktu untuk bermain dengan anak, agar anak juga mendapat perhatian terhadap orang tuanya.

grafiti merupakan seni (manusia dan keindahan)

raffiti tidak lagi melulu berupa corat-coret tak jelas di dinding kota. Kini kesenian jalanan makin kreatif dan secara tidak langsung malah menambah keunikan sebuah kota. Berikut 5 kota yang memiliki graffiti terbaik di dunia. Gambar-gambar yang menyindir, membela kaum lemah atau sekedar unik menjadi tema umum graffiti yang tersebar di seluruh penjuru kota. Masyarakat yang sedang menggunakan jalan sering kali merasa terhibur dengan seni lukis yang bisa dibilang indah

Baca Artikel Aslinya di : http://bldirgantara.blogspot.com/2012/05/inilah-5-kota-dengan-grafiti-paling.html
raffiti tidak lagi melulu berupa corat-coret tak jelas di dinding kota. Kini kesenian jalanan makin kreatif dan secara tidak langsung malah menambah keunikan sebuah kota. Berikut 5 kota yang memiliki graffiti terbaik di dunia. Gambar-gambar yang menyindir, membela kaum lemah atau sekedar unik menjadi tema umum graffiti yang tersebar di seluruh penjuru kota. Masyarakat yang sedang menggunakan jalan sering kali merasa terhibur dengan seni lukis yang bisa dibilang indah

Baca Artikel Aslinya di : http://bldirgantara.blogspot.com/2012/05/inilah-5-kota-dengan-grafiti-paling.html
Graffiti tidak lagi melulu berupa corat-coret tak jelas di dinding kota. Kini kesenian jalanan makin kreatif dan secara tidak langsung malah menambah keunikan sebuah kota. Berikut 5 kota yang memiliki graffiti terbaik di dunia. Gambar-gambar yang menyindir, membela kaum lemah atau sekedar unik menjadi tema umum graffiti yang tersebar di seluruh penjuru kota. Masyarakat yang sedang menggunakan jalan sering kali merasa terhibur dengan seni lukis yang bisa dibilang indah.

Baca Artikel Aslinya di : http://bldirgantara.blogspot.com/2012/05/inilah-5-kota-dengan-grafiti-paling.html
Graffiti tidak lagi melulu berupa corat-coret tak jelas di dinding kota. Kini kesenian jalanan makin kreatif dan secara tidak langsung malah menambah keunikan sebuah kota. Berikut 5 kota yang memiliki graffiti terbaik di dunia. Gambar-gambar yang menyindir, membela kaum lemah atau sekedar unik menjadi tema umum graffiti yang tersebar di seluruh penjuru kota. Masyarakat yang sedang menggunakan jalan sering kali merasa terhibur dengan seni lukis yang bisa dibilang indah.

Baca Artikel Aslinya di : http://bldirgantara.blogspot.com/2012/05/inilah-5-kota-dengan-grafiti-paling.html


Graffiti sering dipandang sebagai coretan di dinding penuh “sumpah serapah dan protes” yang (dianggap) “merusak” keindahan” kota. Namun jalan inilah yang dipilih Shinko Akitado Siburian dan anak-anak Hand Job Crew: Soul Fourtheen, Note Two, dan Stylus dalam mengekspresikan kreativitas seni mereka.

Lewat “coretan” bertema Go Green yang dibikin mereka di sudut tembok tepi sungai kawasan Jalan Jend. Gatot Subroto (dekat simpang Kapten Muslim) Medan, mereka menyampaikan pesan sosial dan kepedulian mereka pada lingkungan yang lestari. Di media tembok mereka mencurahkan ekspresi seni spray paint untuk mengingatkan ancaman global warming yang membuat Bumi semakin meringis.
Berlangsung selama dua hari, pada 4 – 5 Agustus lalu, aksi graffiti Go Green ini juga difilmkan dalam bentuk dokumenter yang dibagikan untuk menyuarakan aspirasi seni kreativitas mereka. “Kami ingin mengubah imej negatif terhadap graffiti… semoga ini bisa mencitrakan graffiti yang positif dan mengingatkan setiap orang untuk semakin peduli pada lingkungan,” ujar Shinko.
Graffiti yang mereka buat terdiri dari bentangan  pulasan warna alam dengan fokus obyek utama berupa pohon yang menyangga bola dunia!
Mungkin pesan yang mereka sampaikan cukup jelas. Seperti juga seniman graffiti dan mural misterius dunia bernama Banksy, yang memilih jalan “coretan di dinding” untuk membuka mata dunia!

pada dasarnyaa grafiti merupakan satu alat untuk menciptakan suatu kreasi, maupun pesan dari si pembuat..
oleh karena itu grafiti merupakan sarana bagi pembuat untuk mencurahkan kreatifitas yang ada didalam dirinya dengan cara membuat grafiti tadi. tetapi banyak oknum-oknum setempat yang kurang begitu suka terhadap "kreatifitas jalanan ini" dikarenakan bukan pada "tempatnya".
 banyak orang yang menyetujui adapun yang tidak dengan "tulisan jalanan ini", namun bagi saya grafiti itu baik, dan merupakan seni yang harus di kembangkan. pemerintah seharusnya memberi wadah / tempat buat para "bommber" ini. disamping seni, grafiti juga bisa digunakan untuk hal yang mendidik.
Graffiti tidak lagi melulu berupa corat-coret tak jelas di dinding kota. Kini kesenian jalanan makin kreatif dan secara tidak langsung malah menambah keunikan sebuah kota. Berikut 5 kota yang memiliki graffiti terbaik di dunia. Gambar-gambar yang menyindir, membela kaum lemah atau sekedar unik menjadi tema umum graffiti yang tersebar di seluruh penjuru kota. Masyarakat yang sedang menggunakan jalan sering kali merasa terhibur dengan seni lukis yang bisa dibilang indah

Baca Artikel Aslinya di : http://bldirgantara.blogspot.com/2012/05/inilah-5-kota-dengan-grafiti-paling.html